Kamis, 19 Mei 2016

Ismul A'zhom: Tasbih Nabiyullah Yunus


Al Qur'an dan hadits Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam adalah pedoman dasar kita sebagai umat muslim dalam mengarungi perjalanan hidup ini.

Al Qur'an adalah firman dari Allah, Tuhan Pencipta alam semesta, maka segala yang disebutkan dalam al Qur'an adalah kebenaran yang mutlak dan segala yang dijanjikan dalam al Qur'an pasti terjadi.

Ada salah satu doa yg telah Allah abadikan dalam al Qur'an sehingga orang-orang yg beriman dapat mengambil manfaatnya yang begitu melimpah. Seperti mata air yang tak akan pernah kering walaupun seluruh orang memanfaatkannya.

Doa itu adalah doa yang dibaca oleh Nabi Allah, Yunus bin Matta. Seperti yang tercatat dalam al Qur'anul karim, Surat Al Anbiya ayat 87-88:


وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (٨٧)فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (٨٨

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, "Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anbiya:87-88)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, sebagai manusia yang paling mengenal Allah dan manusia yang paling mengetahui tentang rahasia-rahasia alam semesta, pun mengajarkan doa tersebut kepada para sahabat beliau seperti yang diriwayatkan dalam hadits.

Sa’ad bin Abi Waqash berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Doanya Dzunnûn (Nabi Yunus as), ketika ia berada di dalam perut ikan, LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZH-ZHOLIMIN (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang zalim). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya (ketika) dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya (doa tersebut).” (HR. Turmudzi, Ahmad, Hakim. Imam Hakim menilai hadits tersebut sebagai Hadits Shahih).

Dalam riwayat yang lain,


Sa’ad bin Malik berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Maukah aku tunjukkan kepada kalian nama Allah yang Agung (ismullâh al-‘azham), yang apabila berdoa dengannya, doanya akan dikabulkan dan apabila meminta dengannya maka permintaannya akan dipenuhi? Yaitu doa yang dibaca oleh Yunus ketika ia berseru dalam tiga kegelapan, LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZH-ZHOLIMIN (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang zalim).
Seorang laki-laki kemudian bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah doa tersebut khusus untuk Nabi Yunus saja atau untuk seluruh ummat Islam?' Rasulullah saw bersabda, 'Apakah kamu tidak mendengar firman Allah yang berbunyi, 'Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman" (QS. Al-Anbiya: 88) (HR. Hakim)


Kisah Nabi Yunus yang tertulis dalam tafsir al Qur'an,

Ingatlah kisah seorang hamba Allah dan rasulNya yang mulia, yaitu Yunus bin Matta, dengan menyebutkan kebaikannya dan memujinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Yunus bin Matta kepada penduduk daerah Ninawa, yaitu suatu daerah di negeri Mausul. Dia menyeru mereka kepada Allah Ta’ala akan tetapi mereka enggan menerimanya dan tetap berada di dalam kekufuran mereka. Maka dia pergi meninggalkan mereka dengan penuh kemurkaan dan mengancam mereka dengan adzab yang akan menimpa mereka setelah berlalu tiga hari. Ketika mereka terbukti mendapatkan tanda-tanda dari adzab yang dijanjikan, merekapun mengetahui bahwa Nabi Yunus tidak berdusta. Mereka keluar ke lembah-lembah bersama anak-anak, binatang-binatang ternak dan hewan-hewan mereka. Lalu memisahkan antara induk dengan anak-anaknya. Unta-unta dan anak-anaknya bersuara, sapi-sapi dan anak-anaknya bersuara serta kambing dan anak-anaknya juga bersuara. Kemudian mereka berdo’a meminta pemeliharaan serta memohon ampunan kepada Allah. Maka Allah pun mengangkat adzab yang akan menimpa mereka.

“Dan mengapa tidak ada suatu kota yang beriman lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS. Yunus: 98)

Sementara nabi Yunus telah pergi bersama beberapa orang menaiki perahu. Ketika itu datang ombak yang besar, mereka pun khawatir akan tenggelam. Maka mereka melakukan undian untuk melempar salah seorang di antara mereka ke laut agar beban perahu semakin ringan. Ternyata hasil undian tertuju kepada Yunus dan mereka merasa enggan untuk melemparnya. Maka mereka mengulangi lagi tetapi hasil undian tertuju kepada Yunus lagi dan mereka tetap enggan melemparnya. Maka dilakukan undian sekali lagi dan ternyata hasil undian tetap jatuh kepada Yunus.

"Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) Ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.” (QS. Ash-Shaffat: 139-141)


Maka nabi Yunus berdiri dan melepas pakaiannya lalu melemparkan dirinya ke laut. Allah telah mengirimkan ikan besar untuk datang menelan Yunus. Allah mewahyukan kepada ikan itu agar tidak memakan daging dan meremukkan tulang nabi Yunus. Karena nabi Yunus bukanlah rezeki untuknya, perutnya hanyalah sebagai penjara bagi nabi Yunus.

"Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam Keadaan tercela" (QS. Ash-Shaffat: 142)

Ada yang berpendapat, bahwa Beliau tinggal dalam perut ikan selama 1 hari, 3 hari, 7 hari atau 40 hari (wallahu a’lam). Ketika Beliau mendengar ucapan tasbih dari batu kerikil di tempat itu, maka beliau mengucapkan, “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Allah mengabulkan doanya.

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.' Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." (Al Anbiya: 87-88).


Orang-orang yang beriman jika mereka berada di dalam kesulitan maka mereka berdo’a kepada Tuhan dengan penuh berserah diri. Anjuran menggunakan do’a tersebut telah datang dari pemimpin para Nabi, yakni Muhammad SAW.

Imam Ahmad berkata, Isma’il bin `Umair bercerita kepada kami, dari Yunus bin Abu Ishaq al-Hamdani, dari Ibrahim bin Muhammad bin Sa’ad, dari Muhammad ayah kami, dari Sa’ad bin Abi Waqqash, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik do’a Dzunnun adalah ketika berada di perut ikan yaitu, “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZH-ZHOLIMIN” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang zalim) Karena tidak ada seorang muslim pun yang berdo’a kepada Rabbnya dengan do’a tersebut melainkan pasti akan dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi dan an-Nasa’i dalam Amalul Yaum wal Lailah).


Allah memerintahkan kepada ikan Nun untuk memuntahkan nabi Yunus dan ombak lautan membawanya ke daratan yang padanya tidak terdapat rerumputan dan juga bangunan. Ada yang berpendapat bahwa tempat itu terletak di tepi sungai Tigris. Tetapi ada juga yang berpendapat di negeri Yaman (wallahu a’lam). Saat nabi Yunus dimuntahkan badannya dalam keadaan lemah.

Ibnu Mas’ud mengatakan: “Yakni seperti anak ayam yang tidak berbulu.” Sedangkan as-Suddi mengatakan: “Yakni seperti anak kecil ketika dilahirkan dan dia terhempas.” Hal ini juga dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas dan juga Ibnu Zaid.

Kemudian Allah menumbuhkan tanaman labu untuk beliau bernaung dalam keadaan sakit. Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa labu ini mempunyai banyak manfaat di antaranya tingkat pertumbuhannya cepat, daunnya yang dapat dijadikan tempat berteduh karena bentuknya yang besar dan halus, pohonnya tidak pernah didekati oleh lalat, buahnya dapat dimakan dalam keadaan mentah maupun matang baik isinya maupun sekaligus kulitnya dan rasanyapun lezat.

“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (Ash Shaffat: 143-146).

Setelah kesehatan dan kekuatannya pulih, beliau kembali kepada kaumnya untuk membimbing kaumnya yang telah bertobat.

“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (Ash Shaffat: 147-148)

Makna yang terkandung dalam doa Dzun Nun

Rahasia apa yang terkandung dalam kalimat doa Nabiyullah Yunus 'alaihissalam sehingga doa tersebut sangat mustajab dalam melepas kesulitan?

Pertama, perhatikan bahwa doa ini dibuka dengan kalimat tauhid, “Tiada Tuhan melainkan Engkau (Wahai Allah).” Kalimat tauhid tidak hanya terbatas pada makna "Tiada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah" tetapi dalam konteks ini juga bermakna bahwa "Tiada Tuhan tempat aku mengadu, mengharapkan ampunan dan menghajatkan keselamatan kecuali hanya kepada Allah."

Kalimat ini menggambarkan tauhid dan sikap tawakkal Nabi Yunus di mana beliau tidak mengadu dan berharap kepada siapapun dan apapun melainkan hanya kepada Allah saja.

Para Nabi dan Rasul Allah hanya menggantungkan harapannya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Seperti kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam saat dilemparkan ke kobaran api yang besar oleh raja Namrudz yang kafir dan zalim. Dalam keadaan yang sangat genting Nabi Ibrahim 'alaihissalam hanya menggantungkan harapannya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, maka seketika api pun menjadi dingin untuk nabi Ibrahim 'alaihissalam.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muktamar bin Sulaiman At Taimy, dari sebagian sahabatnya, dia telah berkata, “Malaikat Jibril datang kepada Ibrahim saat terikat menjelang dilempar ke api yang besar. Jibril bertanya, 'Wahai Ibrahim, apakah kamu butuh bantuan?' Nabi Ibrahim menjawab, 'Adapun bila kepadamu (Jibril), maka aku tak butuh bantuan.' Lalu Nabi Ibrahimpun dilempar ke dalam api yang besar tersebut. Nabi Ibrahim mengucapkan 'HASBUNALLAHU WANI’MAL WAKIL' dan selamatlah dia di dalam api tersebut. Bahkan api itu (dengan izin Allah) berubah menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagi Nabi Ibrahim. (kitab Fathul Qadir)

Dari Ibnu Abbas ia berkata, “HASBUNALLAHU WANI'MAL WAKIL, kalimat ini pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim ketika beliau dilemparkan ke dalam api dan juga dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang kafir mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Oleh karena itu, takutlah kalian kepada mereka.” Akan tetapi perkataan itu malah menambah keimanan mereka serta mereka mengucapkan “HASBUNALLAHU WANI'MAL WAKIL.” (HR. Bukhari)

Pada riwayat Bukhari yang lain, bahwa Ibnu Abbas berkata, “Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah “HASBUNALLAHU WANI'MAL WAKIL” (Cukuplah Allah sebagai Penolong bagi kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung).


Pada kalimat tauhid ini nabi Yunus menggunakan kata 'Engkau' (Anta) atau dhomir mukhotthob, karena nabi Yunus menggambarkan bahwa Allah itu dekat dengan setiap hamba-hambaNya. Seolah nabi Yunus sedang berhadapan dengan Allah dan langsung berbicara kepadaNya.

Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran (al Baqarah: 186)

Abu Musa al Asy'ari berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah SAW. Jika sampai di suatu lembah kami bertahlil dan bertakbir dengan mengeraskan suara kami. Rasulullah SAW lantas bersabda, 'Wahai manusia, lirihkanlah suara kalian. (Karena) Kalian tidaklah menyeru (kepada) sesuatu yang tuli dan ghoib. Sesungguhnya Allah bersama kalian. Allah Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha Berkah dan Maha Tinggi kemuliaanNya." (HR Bukhari dan Muslim)


Selanjutnya nabi Yunus mengucapkan, “Maha Suci Engkau (Wahai Allah).” Kalimat ini bermakna husnuzhon (prasangka baik) kepada Allah dengan mensucikan Allah dari segala prasangka buruk manusia (su'uzhon) seperti kezaliman atau penganiayaan. Secara lebih mendalam, Nabi Yunus mensucikan Allah bahwa apa yang menimpanya saat itu (ditelan oleh ikan Nun) bukanlah merupakan suatu bentuk penganiayaan oleh Allah terhadap dirinya. Karena apabila kita sedang ditimpa kesusahan, terkadang kita berprasangka buruk terhadap Allah bahwa Allah telah menganiaya diri kita. Bahkan kita tidak ridho terhadap keputusan Allah terhadap diri kita. Maha Suci Allah dari menganiaya manusia tetapi manusialah yang menganiaya diri mereka sendiri.

"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri." (Yunus: 44)

“Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (an-Nahl: 118)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).

Mengenai makna hadits di atas, Al Qodhi ‘Iyadh berkata, “Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan do’a jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah dan meminta ampunannya” (Syarh Muslim, 17: 2).

Jabir berkata bahwa ia pernah mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat tiga hari sebelum wafatnya beliau, “Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnuzhon pada Allah” (HR. Muslim no. 2877).


Husnuzhon pada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam do’a. Ketika kita berdo’a pada Allah kita harus yakin bahwa do’a kita akan dikabulkan.

Nabi Yunus kemudian mengakui kesalahannya dengan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim (bersalah)”

Nabi Yunus tidak secara langsung meminta ampun kepada Allah, tetapi memilih cara yang lebih lembut, lebih beradab sambil merendahkan diri, yakni dengan mengakui kesalahan dirinya sendiri. Selain itu Nabi Yunus sadar bahwa kesusahan yang menimpanya saat itu, yaitu ditelan oleh ikan Nun, merupakan akibat daripada kesalahan dirinya sendiri yang melarikan diri dari tugas dakwah yang Allah amanahkan kepadanya. Merupakan sesuatu yang sudah dipahami bahwa salah satu penyebab seseorang itu ditimpa kesusahan dan kesulitan adalah akibat dari dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dia lakukan sendiri.

"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja bencana yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri." (an-Nisa:79)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (as-Syura:30)


Para Nabi Allah, yang paling memahami hakikat kehidupan, mengetahui bahwa segala kesalahan yg mereka perbuat pada hakikatnya adalah tindakan menzalimi diri sendiri. Seperti yang di ucapkan dalam istighfar nabi Musa alaihissalam

‘Dia berkata, “Wahai Rabbku, sungguh aku telah menganiaya diriku, maka berilah ampunan untukku" maka Dia memberi ampunan kepada-nya. Sungguh Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' (Al-Qashshash:16)


Atau istighfar nabi Adam alaihissalam dan Siti Hawa.

'Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al a'rof 7:23)


Arti dari tasbih nabi Yunus dapat disimpulkan dengan bahasa yang mudah dipahami adalah sebagai berikut:

”Tiada Tuhan selain Engkau (Tempat memohon pertolongan). Maha suci Engkau (dari berbuat zalim). Sesungguhnya akulah yang telah berbuat zalim (terhadap diriku sendiri dengan dosa-dosa yang kuperbuat)"


Atau, 

”Tiada Tuhan selain Engkau (Tempat memohon pertolongan). 

Maha suci Engkau (dari tidak memperdulikan hamba-hambaMu). 
(Walaupun) Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim (bersalah)."

Perhatikanlah petikan nasihat yang indah ini dari seorang ulama dan wali terkemuka di zamannya, yakni Syaikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary, dari kitabnya yang masyhur dipelajari dalam dunia pendidikan Islam, Al Hikam.

"Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”

Maha Suci Engkau (Subhanaka) dari tidak mengabulkan doa dan tidak memperdulikan harapan hamba-hamba Mu. Sesungguhnya akulah yang zalim terhadap diriku sendiri (Inni Kuntu Minaz-Zholimin) yang telah tidak beradab kepadaMu, telah melalaikan perintahMu dan mengabaikan laranganMu.

Dengan memahami dan meresapi makna dari kalimat doa yang agung ini, insya Allah, pertolongan Allah akan datang menghampiri.

Wallahu a'lam